Jumat, 20 Maret 2009

Mobile Learning : Paradigma Perubahan Nature Pendidikan Ke Arah Pembelajaran Yang Dapat Dilakukan Dimanapun Dan Kapanpun

Pendidikan merupakan investasi yang sangat berharga di dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, berbagai pengembangan terus dilakukan untuk menciptakan berbagai alternatif pembelajaran di dalam mendukung proses pendidikan. Teknologi informasi dan komunikasi merupakan salah satu komponen penting di dalam menyediakan inovasi alternatif yang dimaksud. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi di dalam dunia pendidikan terus berkembang dalam berbagai strategi dan pola, yang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam sistem e-Learning sebagai bentuk pembelajaran yang memanfaatkan perangkat elektronik dan media digital, maupun mobile learning (m-learning) sebagai bentuk pembelajaran yang khusus memanfaatkan perangkat dan teknologi komunikasi bergerak.

Untuk memberikan kemudahan atau menciptakan sarana belajar yang seluas-luasnya, yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun, mobile learning merupakan bentuk teknologi yang menjanjikan. Tingkat penetrasi perangkat bergerak yang sangat tinggi, tingkat penggunaan yang relatif mudah, dan harga perangkat yang semakin terjangkau, dibanding perangkat komputer personal, merupakan faktor pendorong yang semakin memperluas kesempatan penggunaan atau penerapan mobile learning sebagai sebuah kecenderungan baru dalam belajar, yang membentuk paradigma pembelajaran yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.

Mobile learning didefinisikan sebagai segala bentuk aktivitas di mana pembelajaran terjadi di luar ruang kelas belajar formal, yang difasilitasi dengan pemakaian perangkat bergerak digital yang dapat dibawa dan digunakan dimanapun dan kapanpun. Perangkat bergerak digital yang dimaksud mencakup telepon seluler (mobile phone), Personal Digital Assisant (PDA), Personal Digital Media Player (iPod, MP3 player), dan smart phone.

Mobile Learning

Istilah mobile learning (m-Learning) mengacu kepada penggunaan perangkat/divais teknologi informasi (TI) genggam dan bergerak,seperti PDA,telepon genggam,laptop dan tablet PC, dalam pengajaran dan pembelajaran.M-Learning merupakan bagian dari electronic learning (e-Learning) sehingga,dengan sendirinya,juga merupakan bagian dari distance learning (d-Learning)Beberapa kemampuan penting yang harus disediakan oleh perangkat pembelajaran m-Learning adalah adanya kemampuan untuk terkoneksi ke peralatan lain (terutama komputer), kemampuan menyajikan informasi pembelajaran dan kemampuan untuk merealisasikan komunikasi bilateral antara pengajar dan pembelajar. M-Learning adalah pembelajaran yang unik karena pembelajar dapat mengakses materi pembelajaran, arahan dan aplikasi yang berkaitan dengan pembelajaran, kapan-pun dan dimana-pun. Hal ini akan meningkatkan perhatian pada materi pembelajaran, membuat pembelajaran menjadi pervasif,dan dapat mendorong motivasi pembelajar kepada pembelajaran sepanjang hayat(lifelonglearning).Selain itu,dibandingkan pembelajaran konvensional,m-Learning memungkinkan adanya lebih banyak kesempatan untuk kolaborasi secara ad hoc dan berinteraksi secara informal diantara pembelajar.

KELEBIHAN M-LEARNING
Beberapa kelebihan m-Learning dibandingkan dengan pembelajaran lain adalah:
  1. dapat digunakan dimana-pun pada waktu kapan-pun,
  2. kebanyakan divais bergerak memiliki harga yang relatif lebih murah dibanding harga PC desktop,
  3. ukuran perangkat yang kecil dan ringan daripada PC desktop, diperkirakan dapat mengikutsertakan lebih banyak pembelajar karena m-Learning memanfaatkan teknologi yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran e-Learning,independensi waktu dan tempat menjadi faktor penting yang sering ditekankan. Namun, dalam e-Learning tradisional kebutuhan minimum tetap sebuah PC yang memiliki konsekuensi bahwa independensi waktu dan tempat tidak sepenuhnya terpenuhi. Independensi ini masih belum dapat dipenuhi dengan penggunaan notebook (komputer portabel), karena independensi waktu dan tempat yang sesungguhnya berarti seseorang dapat belajar dimana-pun kapan-pun dia membutuhkan akses pada materi pembelajaran.

KEKURANGAN M-LEARNING
Meski memiliki beberapa kelebihan, m-Learning tidak akan sepenuhnya menggantikan e-Learning tradisional. Hal ini dikarenakan m-Learning memiliki keterbatasan-keterbatasan terutama dari sisi perangkat/media belajarnya.
Keterbatasan perangkat bergerak antara lain sebagai berikut.
1. Kemampuan prosesor
2. Kapasitas memori
3. Layar tampilan
4. Catu daya
5. Perangkat I/O
Kekurangan m-Learning sendiri sebenarnya lambat laun akan dapat teratasi khususnya dengan perkembangan teknologi yang semakin maju. Kecepatan prosesor pada divais semakin lama semakin baik, sedangkan kapasitas memori,terutama memori eksternal, saat ini semakin besar dan murah.

Rabu, 07 Januari 2009

Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

BAB I
PENDAHULUAN


A. Kajian Teori
1. Landasan Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan suatu sistem yang sengaja dan dengan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi oleh pendidikan reguler. Landasan perkembangan dari pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu:
a. Landasan Ontologis
Hakikat pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah memberikan kemungkinan pendidikan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kondisi manusia yang bersangkutan.
b. Landasan Epistemologis
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat diselenggarakan yaitu dengan memberdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga, untuk mengembangkan, memilih, dan atau memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.
c. Landasan Aksiologis
Manfaat pendidikan terbuka dan jarak jauh pertama-tama ditujukan kepada peserta didik atau warga belajar, yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
Dari landasan-landasan tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu sebagai berikut:
§ Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran kerja.
§ Dapat menarik minat calon peserta didik yang banyak.
§ Tidak terganggu kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola dan jadwal pembelajaran yang luwes.
§ Harapan akan meningkatnya kerja sama dan dukungan pengguna lulusan atau keluaran dari pendidikan terbuka dan jarak jauh (output).

2. Awal Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Bentuk pendidikan terbuka tertua (oleh masyarakat dan untuk masyarakat) yang sampai sekarang masih diselenggarakan adalah pendidikan pesantren. terbuka, karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentang pemerintahan kolonial. Pendidikan pesantren ini diperkirakan dimulai pada abad ke-15, yaitu pada awal masuknya agama islam. Pendidikan pesantren pada dasarnya bertujuan untuk menanamkan loyalitas kepada islam yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang benar dan penerimaan norma-norma dan pola hidup secara islam, serta loyalitas kepada masyarakat islam.
Pendidikan Taman Siswa, yang notabene berbentuk pesantren, pada awalnya dapat dikategorisasikan sebagai salah satu bentuk pendidikan melawan penjajahan dalam segala bentuknya. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengembangkan Pendidikan Taman Siswa dengan asas perjuangan, meliputi: (1). Adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri; (2). Pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga; (3). Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal tersebut dapat memisahkan orang terpelajar dengan rakyat; (4). Berkendak untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri. Dan pedomannya adalah “Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa”.
Pada awal kemerdekaan banyak sekali diselenggarakan program pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang tujuan untuk mengisi kekosongan tenaga yang diperlukan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Terbukti pada tahun 1950 pemerintah membentuk sebuah lembaga Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) yang mendapat tugas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan berbagai paket belajar tertulis dalam bidang profesi kependidikan. Lembaga ini sekarang dikenal dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Dalam PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN untuk digunakannya siaran radio dan televisi untuk meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan. Dan menjelang akhir PELITA I pemerintah menetapkan suatu kebijakan yang berani yaitu, dengan membangun sistem komunikasi dengan satelit domestik, sistem ini kemudian dikenal dengan nama SKSD Palapa.
Kemudian pada tahun 1972 dalam rangka kerja sama SEAMEO INNOTECH Center diselenggarakan suatu model pendidikan dasar yang disebut IMPACT (Intruction Managed by Parents, Community and Teacher) atau PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru). Pada tahun 1974 Direktorat Pendidikan Masyarakat pada Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, mulai mengembangkan paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa. Paket ini disebut KEJAR PAKET A, KEJAR PAKET B (kemudian disambung dengan paket C). Istilah KEJAR merupakan akronim dari Kelompok Belajar atau Bekerja dan Belajar.
Setelah itu muncul lagi siaran radio untuk penataran guru SD diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974. dan pada tahun 1979 perintisan SMP Terbuka (sekarang disebut dengan SLTP terbuka) mulai dilaksanakan pada 5 lokasi yaitu: Kalianda (Lampung Selatan), Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Terara (Lombok Barat). Evaluasi komprehensif yang diselenggarakan pada tahun 1992 menunjukan bahwa pada sistem SLTP Terbuka memenuhi indikator kualitatif meliputi fleksibilitas, kelayakan, efesiensi, dan efektifitas.
Beranjak tahun 2000an pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat kita jumpai baik itu lewat buku-buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak jauh. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pendidikan jarak jauh (distance learning) ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan distance learning selanjutnya. Suatu sistem pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut :
Materi pendidikan + Teknologi untuk berinteraksi + Guru = Pembelajaran bagi murid

B. Kondisi Real Dalam Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Bergesernya perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh ke media internet membuat munculnya suatu paradigma baru dalam pendidikan tersebut yaitu ‘asyncronous time and separated location distance learning’. Jelasnya, media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat. Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu pertimbangan utama penggunaannya dalam distance learning. Hal ini sejalan dengan adanya cyberschool yang telah ada saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu kesatuan distance learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi antara murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi secara online. Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan suatu internet community di Indonesia khususnya.
Suatu sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila didalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Dalam faktanya di lapangan didapati berbagai aspek di atas dalam sistem pendidikan tradisional yang melibatkan interaksi ‘face to face’ antara murid dan guru, apakah sistem pendidikan jarak jauh dapat mengatasi interaksi ‘face to face’ antara guru dan murid di kelas secara 100%. Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100% itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang jelas ada suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di atas.
Selain itu, keberhasilan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh juga harus ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antara instruktur (guru) dan siswa, interaksi antara siswa dengan berbagai fasilitas pendidikan seperti modul-modul pendidikan interaksi antara siswa dengan 'orang-orang' sekitarnya, dan adanya pola pendidikan aktif dalam masing-masing interaksi tersebut. Juga keaktifan dan kemandirian siswa dalam pendalaman materi, mengerjakan soal-soal ujian, dan kreativitas mencari materi-materi penunjang dari sumber-sumber lain seperti internet atau digital-library.

C. Permasalahan Dalam Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Sasaran utama pada pendidikan terbuka dan jarak jauh tidak lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang belum tersentuh mengecap pendidikan yang lebih tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar, dan menengah. Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pegunungan, dan banyak pula yang dipisahkan antar pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan terbuka dan jarak jauh mutlak terbuka lebar bagi mereka.
Tetapi permasalahan yang timbul dalam perkembangan pemikiran pendidikan terbuka dan jarak jauh itu adalah:
¨ Kurangnya interaksi baik antara anak didik maupun dengan tenaga pendidik itu sendiri sehingga sulit bagi anak didik untuk memahami materi yang diajarkan dan sulit untuk dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
¨ Pendapat bahwa rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan terbuka dan jarak jauh dibandingkan pendidikan tatap muka.
¨ Sulitnya memilih media pembelajaran yang efektif dan interaktif dalam pelaksanaan pendidikan terbuka dan jarak jauh.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah kami sampaikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh?
2. Apakah benar pendapat bahwa lulusan dari pendidikan terbuka dan jarak jauh itu memiliki mutu yang rendah?
3. Bagaimana memilih media pembelajaran yang efektif dan interaktif dalam pelaksanaan pendidikan terbuka dan jarak jauh?







BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Interaksi Pembelajaran Yang Dapat Diaplikasikan Dalam Merancang Media Pembelajaran Interaktif Untuk Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Tidak seperti pendidikan konvensional atau pendidikan langsung, sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pendidikan yang khusus, baik dari sisi siswa maupun instruktur (guru) agar tujuan pendidikan bisa terwujud dan pendidikannya pun harus fokus pada kebutuhan instruksional siswa.
Dari sisi siswa, salah satu faktor penting adalah keseriusan mengikuti proses belajar mengajar di saat instruktur (guru) tidak berhadapan langsung dengan siswa. Sedangkan dari sisi instruktur (guru) adalah perhatian, percaya diri guru, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreativitas, active learning, dan kemampuan menjalin interaksi dan komunikasi jarak jauh dengan siswa.
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh faktor penting dalam penunjang aktivitas pembelajaran adalah interaksi. Interaksi memungkinkan pebelajar mengatasi masalah yang di hadapi dalam upaya memahami materi. Interaksi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai oleh pebelajar. Selain itu, interaksi dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan (remedial) pada waktu mengikuti proses pembelajaran dan dapat digunakan juga sebagai sarana untuk menyampaikan materi yang perlu dipelajari secara mendalam oleh pebelajar (eleborasi).
Heinich dkk. (1986) mengemukakan ada 5 bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu:
1. Tutorial
Pada interaksi yang berbentuk tutorial pengetahuan dan informasi ditayangkan dalam unit-unit kecil yang kemudian diikuti dengan serangkaian pertanyaan. Pola pembelajaran pada interaksi berbentuk tutorial biasanya dirancang secara bercabang (branching). Pebelajar dapat diberi kesempatan untuk memilih topik-topik pembelajaran yang ingin dipelajari dalam suatu mata pelajaran, semakin banyak topik-topik pembelajaran yang dipilih, akan semakin mudah program tersebut diterima oleh pebelajar. Dalam interaksi ini, informasi dan pengetahuan dikomunikasikan sedemikian rupa seperti pada waktu pengajar yang memberi bimbingan akademik kepada pebelajar.
2. Permainan (Games)
Interaksi berbentuk permainan (games) akan bersifat intruksional apabila pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan (training) dan juga apabila dalam permainan tersebut terdapat tujuan pembelajaran (intructional objective) yang harus dicapai. Dalam program berbentuk permainan harus ada aturan (rule) yang dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan orang yang keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang dalam permainan ditentukan berdasarkan skor yang dicapai kemudian dibandingkan dengan prestasi belajar standar yang harus dicapai.
3. Simulasi (Simulation)
Dalam interaksi berbentuk simulasi pebelajar dihadapkan pada suatu situasi buatan (artifisial) yang menyerupai kondisi dan situasi yang sesungguhnya. Hal penting yang harus diperhatikan dalam interaksi ini adalah pemberian umpan balik untuk memberi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar pebelajar setelah mengikuti program simulasi.
4. Penemuan (Discovery)
Dalam interaksi ini pebelajar diminta untuk melakukan percobaan yang bersifat “trial and error” dalam memecahkan suatu permasalahan. Pebelajar dituntut untuk dapat mencari informasi dan membuat kesimpulan dari sejumlah informasi yang telah dipelajarinya. Dan diharapkan dari proses belajar yang dilakukannya tersebut pebelajar dapat menemukan konsep dan pengetahuan baru yang belum dipelajari sebelumnya.
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Bentuk interaksi seperti ini memberi kemungkinan terhadap pebelajar untuk melatih kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Pebelajar dituntut untuk berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan. Umpan balik dapat dipergunaan oleh pebelajar untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam memecahkan soal atau masalah. Program-program berbentuk pemecahan masalah biasanya berisi beberapa soal atau masalah yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan yang dikandung di dalamnya. Pebelajar dapat mencoba memecahkan masalah yang lebih tinggi tingkatannya setelah berhasil memecahkan masalah dengan tingkat kesulitan yang lebih rendah.
Dari semua bentuk-bentuk interaksi tersebut diatas faktor yang penting di dalamnya adalah umpan balik. Menurut Hannafin dan Peck (1998) umpan balik dalam media pembelajaran interaktif dapat berbentuk: “…. informasi kepada pebelajar tentang prestasi belajar yang telah ditempuh, baik berupa keberhasilan belajar atau informasi tentang hasil belajar yang perlu diperbaiki”

B. Pendapat Bahwa Lulusan Dari Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh itu Memiliki Mutu Yang Rendah.
Masih banyak berkembang sinyalemen di masyarakat bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Mukhopadhjay (1988) memperlihatkan penyebabnya adalah kurang tajam perumusan visi dan misi pendidikan terbuka dan jarak jauh dan masih dipandang sebagai alternatif bagi mereka yang tidak tertampung di perguruan tinggi tatap muka.
Pertanyaan lain yang terasa mengusik pelaku pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah tuduhan rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan jarak jauh jika dibandingkan dengan pendidikan tatap muka. Keraguan akan kualitas lulusan pendidikan terbuka dan jarak jauh masih tetap muncul karena penambahan jumlah mahasiswa seringkali diasosiasikan dengan penurunan mutu (Suparman, 1989).
Di Australia, hasil studi Selim (1989) dalam Suparman (1989) menyatakan bahwa prestasi mahasiswa pendidikan terbuka dan jarak jauh justru lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi konvensional. Sunarwan (1982) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar siswa yang terlibat pendidikan menggunakan modul dan pengajaran tatap muka.
Dan pada dasarnya semua jenis pendidikan baik itu pendidikan konvensional maupun pendidikan terbuka dan jarak jauh itu sebenarnya sama saja. Namun, perbedaanya hanya terdapat pada tatap muka dan interaksi. Hal yang terpenting dan yang paling menentukan prestasi dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh itu adalah interaksi karena hanya dengan interaksi peserta didik pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat memahami dan menangkap apa yang dipelajarinya sehingga memungkinkan prestasi peserta didik tidak kalah dengan peserta didik konvensional apalagi pendidikan terbuka dan jarak jauh telah didukung dengan perkembangan internet yang memudahkan peserta didik pendidikan terbuka dan jarak jauh mendapatkan informasi dengan cepat dan terkini.

C. Memilih Media pembelajaran Yang Efektif dan Interaktif Dalam Pelaksanaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ), penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada SPTJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjang sejarah penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik, maka diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Dalam memilih media pembelajaran, Kemp, dkk. (1985) mengemukakan bahwa pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada karakteristik dan kontribusi yang spesifik terhadap proses komunikasi dan belajar.
Sedangkan menurut Heinich, dkk. (1996) media harus mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam mengkomunikasikan informasi dan ilmu pengetahuan. Media cetak, siaran radio, dan siaran televisi telah banyak digunakan sebagai sarana penyampai materi pada sejumlah institusi pendidikan jarak jauh, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang karena ketiga media tersebut adalah media yang sangat efektif dan interaktif. Media cetak memiliki tingkat keluwesan yang tinggi untuk digunakan baik pada kegiatan belajar secara individu maupun kelompok. Sedangkan kelebihan utama siaran radio dan siaran televisi adalah pada kemampuannya menjangkau khalayak dalam wilayah geografis yang sangat luas. Selain ketiga media tersebut ada sebuah jaringan universal yang bisa mengakses segala informasi dengan mudah dan cepat yaitu “internet”. Internet juga merupakan media yang efektif dan interaktif guna untuk mendukung pembelajaran pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.





BAB III
PENUTUP


A. SIMPULAN

Pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan suatu sistem yang sengaja dan dengan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi oleh pendidikan reguler. Seiring dengan bergesernya perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh ke media internet membuat munculnya suatu paradigma baru dalam pendidikan tersebut yaitu ‘asyncronous time and separated location distance learning:.
Suatu sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh akan sukses apabila didalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Selain itu, keberhasilan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh juga harus ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antar komponen pendidikan dan adanya pola pendidikan aktif dalam masing-masing interaksi tersebut. Juga keaktifan dan kemandirian siswa.
Adapun bentuk-bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.yaitu :
1. Tutorial
Pengetahuan dan informasi ditayangkan dalam unit-unit kecil yang kemudian diikuti dengan serangkaian pertanyaan.
2. Permainan (Games)
Interaksi bersifat intruksional apabila pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan (training)
3. Simulasi (Simulation)
Pebelajar dihadapkan pada suatu situasi buatan (artifisial) yang menyerupai kondisi dan situasi yang sesungguhnya.
4. Penemuan (Discovery)
Pebelajar diminta untuk melakukan percobaan yang bersifat “trial and error” dalam memecahkan suatu permasalahan.
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pebelajar dituntut untuk berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan.

Masih banyak berkembang sinyalemen di masyarakat bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Hal ini dikarenakan kurang tajamnya perumusan visi dan misi pendidikan terbuka dan jarak jauh dan masih dipandang sebagai alternatif bagi mereka yang tidak tertampung di perguruan tinggi tatap muka.
Disamping itu dipandang rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan jarak jauh jika dibandingkan dengan pendidikan tatap muka karena penambahan jumlah mahasiswa seringkali diasosiasikan dengan penurunan mutu.
Dan pada dasarnya semua jenis pendidikan baik itu pendidikan konvensional maupun pendidikan terbuka dan jarak jauh itu sebenarnya sama saja. Namun, perbedaanya hanya terdapat pada tatap muka dan interaksi.
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ), penggunaan media menjadi suatu keharusan. Sebagian besar bahan ajar pada SPTJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak termasuk internet.







DAFTAR
PUSTAKA

- Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:KENCANA
- Aristohadi. 2008. Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Jarak Jauh. http://aristohadi.wordpress.com. 13 Oktober 2008, 20:48 WIB
- http://saina-kurtekdik.blogspot.com. 2008. TIK. 13 Oktober 2008, 20:38 WIB
- http://agoestbkl.multiplx.com. 2008. 13 Oktober 2008, 21:05 WIB


Selasa, 06 Januari 2009

Media Pembelajaran dalam Pendidikan Jarak Jauh

Dewasa ini sistem pendidikan jarak jauh telah berkembang pesat dan menjadi bagian integral dalam sistem pendidikan modern. Berbagai negara di dunia telah menjadikan sistem pendidikan jarak jauh ini sebagai salah satu alternatif dalam upaya memperluas kesempatan masyarakat memperoleh pendidikan. Di Indonesia, penyelenggaraan sistem pendidikan jarak jauh telah memiliki landasan legal formal dengan dimasukkannya sistem ini ke dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional.

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka pendidikan jarak jauhpun mengalami perkembangan. Dengan memanfaatkan teknologi maka daya jangkaunya menjadi semakin luas, dan efektifitasnya dalam menyampaikan materi pembelajaran juga semakin meningkat. Pada saat ini system pendidikan jarak jauh telah mengintegrasikan pula berbagai jenis media yang kemampuan interaktifnya semakin meningkat.

Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ), penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada SPJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjnag sejarah penyelenggaraan pendidikan jarak jauh, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik , maka diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Kehadiran media inilah yang menjadi salah satu ciri kesamaan diantara institusi penyelenggara SPJJ di semua tempat. Sementara yang membedakan institusi yang satu dengan yang lain adalah pilihan jenis media yang digunakannya. Variasi penggunaan media antar institusi penyelenggara PJJ sangat beragam mengingat banyaknya jenis media yang bisa dimanfaatkan mulai media yang sederhana sampai yang canggih. Berikut akan dibahas secara sekilas beberapa jenis media pembelajaran yang sering digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauhm (PJJ).

a. Media Cetak
Di antara begitu banyak media baru dan canggih, ternyata media cetak masih menduduki tempat pertama dalam pendidikan jarak jauh. Bahan ajar cetak dapat berwujud dalam berbagai bentuk, seperti: buku materi pokok, buku ketiga, buku panduan belajar, pamflet, brosur, peta, chart. Bentuk cetakan ini tidak hanya berupa tulisan, tetapi dapat juga menampilkan gambar-gambar, foto, grafik, tabel, dll. Dari sekian banyak jenis media cetak tersebut, modul merupakan bahan ajar cetak utama yang digunakan dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh. Modul telah dirancang dan dikembangkan sedemikian rupa sehingga memungkinkan peserta didik dapat belajar dengan sekecil mungkin mendapat bantuan dari guru/tutor.
b. Media Massa/Siar/Tayang
Pemanfaatan media massa dalam SPJJ seperti siaran radio dan siaran televisi merupakan sebuah alternatif penyampaian bahan ajar yang cukup efektif larena bersifat terbuka dan berdaya jangkau luas. Penggunaan media massa sebagai alat pendidikan tidak saja menguntungkan peserta didik yang terdaftar dalam institusi pendidikan jarak jauh, tetapi masyarakat umum yang tertarik untuk memperluas wawasan pengetahuannya dapat pula mengikuti program yang ditayangkan atau disiarkan.
1). Siaran Radio
Hampir semua orang telah mengenal radio sebagai sebuah alat yang mampu menyampaikan berbagai informasi , melantunkan musik dan lagu, tetapi tidak semua orang mengetahui bahwa program radio disiarkan melalui gelombang elektromagnetik. Gelombang-gelombang ini diumpamankan sebagai jalan raya (highways) yang tidak terlihat serta mepunyai kelebaran yang bervariasi. Jalan raya ini diindentifikasikan sebagai frekuensi AM maupun FM yang mengacu siaran peraturan dan persetujuan internasional. Daya pancar siaran radio sangat bergantung kepada kekuatan transmitter serta frekuensi yang digunakan. Dengan kekuatan tertentu, transmitter mampu memacarkan siaran pada lokasi tertentu. Sementara untuk dapat menebus daerah lain yang berada di uar daerah pancarnya, diperlukan stasiun relay. Sistem Relay mampu menghubungkan satu transmitter dengan stasiun lainnya sehingga mempeluas daerah jangkauan daerah siaran.

Walaupun mampu memperluas jangkauaan daerah siaran, penggunaan sistem relay ini tidak dapat menjangkau daerah daerah tertentu yang dikenal dengan istilah blank spot area. Dengan kemajuan teknologi yang pesat, keterbatasan ini dapat diatasi dengan penyiaran radio melalui satelit siaran langsung (Radio-SSL). Secara teknis, siaran radio melalui SSL akan diterima dengan baik karena tidak mengalami pengurangan mutu seperti yang pada umumnya dialami bila menggunakan stasiun relay. Satu satunya kendala dari penggunaan siaran radio-SSL ini terletak pada pengadaan alat penerima khusus yang harganya tidak murah. Selain karakteristik teknik seperti yang telah dijelaskan, media radio juga memiliki karakteristik lain, baik dari segi keunggulan maupun keterbatasannya.
2. Siaran Televisi

Televisi dikenal sebagai media yang sangat kaya yang mapu menyajikan beragam informasi dalam bentuk suara dan gambar secara bersamaan. Keunggulan media televisi yang ditemukan pada tahun 1926 ini dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan, baik pendidikan yang bersifat konvensional maupun pendidikan jarak jauh. Dengan perkembangan teknologi yang luar biasa, sistem pemancaran dan penerimaan tayangan televisi dapat dilakukan dengan berbagai macam sistem, antara lain : broadcast transmission, closed-circuit television (CCTV), Tv-Cable, satellite transmission. Walaupun sistem pemancaran dan penerimaan siaran televisi tidak berpengaruh kepada informasi atau program yang disiarkan, masing-masing sistem memiliki cara kerja yang berlainan. Untuk memberi gambaran umum, secara selintas sistem penayangan dari masing-masing akan disinggung sedikit.
Sistem Penayangan Siaran Televisi
Siaran televisi yang dapat diterima di rumah-rumah atau di tempat lain hanya dengan menggunakan pesawat televisi standar adalah jenis penayangan siaran dengan menggunakan sistem broadcast transmission. Penayangan televisi melalui sistem broadcast transmission ini menggunakan Very-High Frequencies (VHF) dan Ultra High Frequencies (UHF). Kedua sinyal tersebut dipancarkan melalui transmitter yang selanjutnya sinyal tersebut dapat diterima secara bebas oleh pesawat televisi dan antena penerima standar. Jangkauan penerimaan siaran ini bergantung pada kekuatan daya pancar transmitternya serta keberadaan stasiun relay.

Teknologi lain yang digunakan dalam penayangan siaran televisi adalah melalui sistem closed-circuit television (CCTV). Sistem ini merupakan sistem pemancaran yang bersifat privat dan terbatas pada lokasi tertentu yang masuk dalam jaringan siaran. Sinyal televisi yang dipancarkan tidak dapat diterima oleh pesawat televisi yang berada di luar sistem jaringan. Penggunaan sistem CCTV ini biasanya digunakan oleh sekolah-sekolah atau kampus-kampus dan umumnya jangkauannya tidak luas.

Lain halnya dengan TV-kabel, sistem penayangan dan penerimaan siaran televisi melalui TV-kabel ini menggunakan sambungan kabel khusus. Mereka yang menginginkan menerima siaran khusus dan tidak dapat diterima oleh siaran televisi terbuka dapat berlangganan TV-kabel ini.

Salah satu sistem penyiaran TV adalah melalui penggunaan satellite transmission dikenal dengan sebutan Direct Broadcast Satellite (DBS). DBS dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan Satelit Siaran Langsung (SSL) merupakan sistem penerimaan siaran televisi langsung dari satelit kepada pemilik pesawat televisiyang telah dilengkapi dengan antena disc khusus. Dengan daya pancar 100 sampai 400 watt, SSL ini dapat diterima langsung oleh pesawat televisi penerima siaran dengan menggunakan sejumlah perangkat keras yang terdeiri dari antena disk yang berdiameter 0,6 hingga 1 meter, decoder, dan remote control. Dengan semakin majunya teknologi, antena disk penerima berdiametr tidak lebih dari 18 inci. Secara singkat, mekanisme ketiga unsur utama sistem SSL dapat dijelaskan sebagai berikut : stasiun pemancar bumi menerima sinyal dari stasiun penyiaran yang kemudian melalui saluran tertentu dengan frekuensi up link diteruskan ke satelit dan selanjutnya dipancarkan kembali ke bumi melalui saluran dengan frekuensi down link yang sinyalnya kemudian dapat diterima langsung oleh pesawat televisi penerima.
c. Media Pribadi/Personal
Keberadaan media pribadi atau media personal dalam SPJJ adalah kebalikan dari media massa. Media massa adalah media yang bersifat terbuka, artinya baik peserta didik yang terdaftar maupun tidak terdaftar dapat menggunakn dan mempelajari materi-materi ajar yang disampaikan melalui media tersebut. Sebaliknya, media pribadi atau personal adalah media yang digunakan secara personal atau perorangan, dan biasanya digunakan oleh mereka yang telah terdaftar pada suatu institusi SPJJ. Media-media yang masuk dalam katagori ini antaara lain: personal-computer (PC), audio-cassette player, VCR; yang kesemuanya memberikan fleksibilitas bagi peserta didik dalam penggunaannya. Peserta didik bebas untuk menggunakannya kapan saja, dimana saja , disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan mereka. Tentu saja dengan syarat masing-masing peserta didik memiliki akses terhadap penggunaan media tersebut. Kita akan melihat satu persatu jenis media yang termasuk dalam kategori media personal ini lebih mendalam.

1) Audio Kaset
Walaupun dikenal sebagai media sederhana, keberadaan media audio kaset sebagi media personal dinilai cukup efektif dan banyak disukai. Fleksibilitas media audio kaset dalam penggunaanya merupakan daya tarik tersendiri. Media ini dapat diputar ualng, dipercepat, dihidupkan atau dimatikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Sejumlah karakteristik lain dari media kaset yang menunjukan keunggulan dan keterbatasan media ini akan dipaparkan satu persatu.

2) Video / VCD
Istilah video bukan merupakan hal yang baru, baik dalam dunia hiburan maupun pendidikan. Video yang dalam bahasa latinnya berarti I See, memiuliki pengertian sebagai penyajian gambar-gambar yang disampaikan melauli televisi atau bentuk media sejenis. Pada awal perkembangannya gambar-gambar yang direkam dalam bentuk video ini dikemas dalam kaset. Namun, sejalan dengan perkembangan teknologi dalam bidang media yang sangat cepat, telah memunculkan versi perekan video lain yang digunakan untuk mengemas program video, antara lain videodiscs. Kedua versi video tersebut baik dalam bentuk kaset maupun disc dimanfaatkan dlam SPJJ sebagai media untuk menyampaikan bahan ajar yang dapat dikategorikan sebagai media personal yang artinya dimanfaatkan secara individual oleh peserta didik. Walaupun tidak menutup kemungkinan pemanfaatan video ini dilakukan dalam bentuk kelompok belajar.

3) Komputer

Jenis media lain yang dikategorikan sebagai media personal adalah media berbasis komputer. Komputer hingga saat ini merupakan satu-satunya media yang memiliki teknologi yang berkemampuan interaktif. Dewasa ini komputer tidak lagi merupakan konsumsi bagi mereka yang bergerak dalam dunia bisnis dan usaha, tetapi telah dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan.

d. Media Telekomunikasi

Kemajuan yang sangat cepat dalam bidang telekomunikasi mempunyai dampak yang cukup berarti dalam penyelenggaraan SPJJ. Komunikasi elektronik jarak jauh dapat dilakukan dalam tiga cara, yaitu: dalam bentuk teks, audio, dan video. Berdasarkan cara komunikasi ini, media telekomunikasi yang dapat dimanfaatkan dalam SPJJ ini dibedakan dalam beberapa jenis, antara lain:

1) Audio Teleconference/Telekonferensi Audio

Bentuk lain dari media telekomunikasi yang dapat diterapkan dalam SPJJ adalah telekonferensi audio. Telekonferensi audio (audio teleconference) pada dasarnya merupakan perluasan atau perpanjangan dari pemanfaatan telepon biasa. Kemajuan dua arah yang terjadi dalam sebuah telekonferensi audio umumnya dilakukan secara langsung dengan menggunakan saluran telepon maupun satelit. Telekonferensi ini terjadi untuk menjembatani pertemuan antarindividu atau kelompok yang berada pada lokasi yang berbeda, pada saat yang bersamaan. Dalam SPJJ, kegiatan ini terjadi.

2) Konferensi Video (Video Conferencing)

Pada dasarnya prinsip penggunaan video konferensi pada SPJJ tidak jauh berbeda dengan audio konferensi. Kelebihan yang dimiliki oleh konferensi video ini adalah para peserta dapat melihat satu dengan yang lain pada TV monitor. Artinya melalui konferensi video, peserta didik tidak hanya bisa mendengar tapi juga melihat (kombinasi antara suara dan gambar).

3. Konferensi via Komputer (Computer Conferencing)

Dengan kemajuan teknologi, pemanfaatan komputer dalam proses pembelajaraan tidak hanya terbatas pada penggunaan stand alone, tetapi dapat pula dilakukan dalam bentuk jaringan, yang dikenal dengan internet. Jaringan komputer telah memungkinkan terjadinya proses pembelajaran yang lebuh luas, interaktif, dan lebih fleksibel. Jaringan ini mampu menghubungkan beraturs ribu jaringan komputer. Dengan kemampuan ini, internet dapat menjadi media komunikasi dalam proses pembelajaran jarak jauh, sekaligus dapat berperan sebagai sumber pembelajaran.

4. Pemanfaatan Internet dalam PJJ:

Pemanfaatan internet dalam PJJ dapat dilakukan dalam beberapa cara, antara lain adalah sebagai beirkut:

§ Chatting (dialog elektronik); tutor dan satu atau lebih peserta didik dapat secara bersamaan berdialog menggunakan teks atau suara melalui internet. melalaui chatting, proses telekomunikasi berlangsung secara bersamaan (sinchronous) dan umpan balik tidak tertunda. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.

2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berdialog secara elektronik (chatting)

3. Tutor dan peserta didik memanfaatkan salah satu operator internet yang menyediakan fasilitas chatting (misal http:www.yahoo.com).

4. Tutor dan peserta didik menentukan jadwal kapan chatting melalui operator internet tersebut dapat dilakukan.

5. Selanjutnya Tutor dan peserta didik dapat berdiskusi berkaitan dengan topik yang telah disepakati mereka secara bersama.

§ Electronik Mail (e-Mail); tutor dan peserta didik dapat saling berikirim surat secara elektronik melalui e-mail. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam berkoresponden secara elektronik adalah sebagai berikut:

1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.

2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berkoresponden secara elektronik (e-mail)

3. Peserta didik bertanya kepada tutor dengan cara mengirim e-mail ke alamat tutornya untuk mendapatkan umpan balik.

4. Atau tutor memberikan tugas/pertanyaan dengan cara mengilim e-mail ke alamat peserta didiknya untuk dijawab/dikerjakan.

5. Atau peserta didik dan peserta didik lain saling bertukar informasi, ide dan lain-lain dengan cara saling berkirim e-mail.

§ Mailing List (Millist); Mailing list adalah perpanjangan penerapan e-mail. melalui mailinglist satu surat elektronik dapat ditujukan kepada beberapa lamat e-mail yang telah terdaftar di mailinglist tersebut sekaligus. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:

1. Baik tutor atau peserta didik memiliki alamat e-mail masing-masing.

2. Tutor atau peserta didik telah mendapat pelatihan cara berkoresponden kelompok (mailing list).

3. Tutor membuat suatu alamat millist dan memasukan semua alamat e-mail peserta didiknya kedalam millist tersebut.

4. Tutor dapat mengirim informasi atau melontarkan masalah untuk didiskusikan melalui millist tersebut sehingga secara bersamaan semua peserta didik yang terdaftar dalam millist tersebut dapat menerima informasi yang sama.

5. Begitu pula sebaliknya, peserta didik dapat mengirim informasi atau melontarkan masalah untuk didiskusikan melalui millist tersebut sehingga secara bersamaan semua anggota millist dapat memperoleh informasi yang sama.


Pendidiklan Jarak jauh Secara Online dan Berbasis Web Secara Online

a. Pendidikan Jarak Jauh Secara Online

Perkembangan teknologi selalu mempunyai peran yang sangat tinggi dan ikut memberikan arah perkembangan dunia pendidikan. Dalam sejarah perkembangan pendidikan, teknologi informasi adalah bagian dari media yang digunakan untuk menyampaikan pesan ilmu pada orang banyak, mulai dari teknologi percetakan beberapa abad yang lalu, seperti buku yang dicetak, hingga media telekomunikasi seperti, suara yang direkam pada kaset, video, televisi, dan CD. Perkembangan teknologi informasi saat ini, Internet, mengarahkan sejarah teknologi pendidikan pada alur yang baru.

Layanan online dalam pendidikan baik bergelar maupun tidak bergelar pada dasarnya adalah memberikan pelayanan pendidikan bagi pengguna (siswa) dengan menggunakan internet sebagai media. Layanan online ini dapat terdiri dari berbagai tahapan dari proses program pendidikan seperti: pendaftaran, test masuk, pembayaran, penugasan kasus, pembahasan kasus, ujian, penilaian, diskusi, pengumuman, dll. Pendidikan jarak jauh dapat memanfaatkan teknologi internet secara maksimal, dapat memberikan efektifitas dalam hal waktu, tempat dan bahkan meningkatkan kualitas pendidikan.
Dari Sudut Pandang Guru

Dari sudut pandang guru, solusi pendidikan online ini harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:

-Mudah digunakan

-Memungkinkan pembuatan bahan pelajaran online dan kelas online dengan cepat dan mudah

-Hanya memerlukan pelatihan minimal

-Memungkinkan pengajaran dengan cara mereka sendiri

-Memungkinkan mereka mengendalikan lingkungan pengajaran

-Dari Sudut Pandang Siswa

Dari sudut siswa yang dicari adalah :

-Fleksibilitas dalam mengambil mata pelajaran

-Bahan pelajaran yang lebih kaya dibandingkan yang didapat di kelas
-Berjalan di komputer yang sudah mereka miliki

-Menyertakan kolaborasi antar siswa seperti cara tradisional

-Mencakup konsultasi dengan guru, diskusi kelas, teman belajar, dan proyek-proyek bersama.

b. Pendidikan Jarak Jauh Berbasis Web Secara Online

Bila kembali ke konsep dasar pada suatu sistem pendidikan tradisional yang dilakukan saat ini, para siswa dan guru bertemu pada suatu tempat dan waktu tertentu. Sistem pendidikan tradisional ini kelak akan bergeser kepada pendidikan jarak jauh dengan dilandasi bahwa agak sulit untuk mengumpulkan peserta kursus, training atau pendidikan pada satu waktu dan tempat tertentu sedangkan peserta tersebar di wilayah yang berbeda-beda dan pada dasarnya materi-materi yang seharusnya disampaikan di kelas, dapat diberikan tanpa kehadiran para peserta dan tutor secara langsung di kelas.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya.

Penggunaan teknologi informasi dalam menunjang suatu sistem pendidikan jarak jauh harus diperhatikan dari bentuk pendidikan yang diberikan. Suatu kursus bahasa Inggris salah satunya, pada akhir pelajaran siswa dituntut untuk mempunyai reading dan listening skill yang baik, untuk itu medianya dapat berupa sound, gambar dan bentuk multimedia lainnya yang dapat di kirimkan melalui internet.

Bila dibatasi pada web based distance learning maka pengguna, dalam hal ini guru dan siswa memerlukan fasilitas internet untuk tetap menjaga konektivitas dengan pendidikan jarak jauh tersebut. Kemampuan mahasiswa untuk tetap menjaga konektivitas menentukan bagi kesinambungan suatu sistem pendidikan jarak jauh. Apabila kita umpamakan suatu pendidikan jarak jauh berbasis web sebagai suatu community maka di dalamnya harus dapat memfasilitasi bertemunya atau berinteraksinya siswa dan guru. Agak sulit memang untuk memindahkan apa yang biasa dilakukan oleh guru di depan kelas kepada suatu bentuk web yang harus melibatkan interaksi berbagai komponen di dalamnya. Adanya sistem ini membuat mentalitas guru dan siswa harus berubah, perbedaan karakteristik guru dalam mengajar tidak tampak dalam metode ini. Seperti layaknya sebuah perguruan tinggi, metode ini juga harus mampu memberikan informasi perkuliahan kepada mahasiswa. Informasi itu harus selalu dapat diakses oleh siswa dan guru serta selalu diperbaharui setiap waktu siswa.

Suatu pendidikan jarak jauh berbasis web antara lain harus memiliki unsur sebagai berikut :

- Pusat kegiatan siswa; sebagai suatu community web based distance learning harus mampu menjadikan sarana ini sebagai tempat kegiatan siswa, dimana siswa dapat menambah kemampuan, membaca materi pelajaran, mencari informasi dan sebagainya.

- Interaksi dalam grup; Para siswa dapat berinteraksi satu sama lain untuk mendiskusikan materi-materi yang diberikan guru. Guru dapat hadir dalam group ini untuk memberikan sedikit ulasan tentang materi yang diberikannya.

- Sistem administrasi siswa; dimana para siswa dapat melihat informasi mengenai status siswa, prestasi siswa dan sebagainya

- Pendalaman materi dan ujian; Biasanya guru sering mengadakan quiz singkat dan tugas yang bertujuan untuk pendalaman dari apa yang telah diajarkan serta melakukan test pada akhir masa belajar. Hal ini juga harus dapat diantisipasi oleh web based distance learning  Perpustakaan digital; Pada bagian ini, terdapat berbagai informasi kepustakaan, tidak terbatas pada buku tapi juga pada kepustakaan digital seperti suara, gambar dan sebagainya. Bagian ini bersifat sebagai penunjang dan berbentuk database.

- Materi online diluar materi kuliah; Untuk menunjang perkuliahan, diperlukan juga bahan bacaan dari web lainnya. Karenanya pada bagian ini, dosen dan siswa dapat langsung terlibat untuk memberikan bahan lainnya untuk di publikasikan kepada mahasiswa lainnya melalui web.

Mewujudkan ide dan keinginan di atas dalam suatu bentuk realitas bukanlah suatu pekerjaan yang mudah tapi bila kita lihat ke negara lain yang telah lama mengembangkan web based distance learning, sudah banyak sekali institusi atau lembaga yang memanfaatkan metode ini. Bukan hanya skill yang dimiliki oleh para engineer yang diperlukan tapi juga berbagai kebijaksanaan dalam bidang pendidikan sangat mempengaruhi perkembangannya. Jika dilihat dari kesiapan sarana pendukung misalnya hardware maka agaknya hal ini tidak perlu diragukan lagi. Hanya satu yang selalu menjadi perhatian utama pengguna internet di Indonesia yaitu masalah bandwidth, tentunya dengan bandwidth yang terbatas ini mengurangi kenyamanan khususnya pada non text based material.


Faktor utama dalam Pendidikan jarak jauh secara online yang dikenal sebagai distance learning yang selama ini dianggap masalah adalah tidak adanya interaksi antara Guru dan siswanya. Dalam bentuk real time dapat dilakukan misalnya dalam suatu chatroom, interaksi langsung dengan real audio atau real video, dan online meeting. Yang tidak real time bisa dilakukan dengan mailing list, discussion group, newsgroup, dan buletin board. Dengan cara diatas interaksi guru dan siswa di kelas mungkin akan tergantikan walaupun tidak 100%. Bentuk-bentuk materi, ujian, kuis dan cara pendidikan lainnya dapat juga diimplementasikan ke dalam web, seperti materi guru dibuat dalam bentuk presentasi di web dan dapat di download oleh siswa.

Demikian pula dengan ujian dan kuis yang dibuat oleh guru dapat pula dilakukan dengan cara yang sama. Penyelesaian administratif juga dapat diselesaikan langsung dalam satu proses registrasi saja, apalagi di dukung dengan metode pembayaran online.

Pendidikan jarak jauh secara online mengatasi keterbatasan yang ada pada jenis-jenis pendidikan jarak jauh yang lain (yang sebenarnya juga sudah sarat teknologi), yaitu pendidikan jarak jauh dengan satelit serta teknologi televisi. Pada kedua teknologi di atas, siswa masih harus berjalan ke fasilitas-fasilitas pendidikannya; sedangkan peralatannya bersifat khusus dan mahal. Kini dengan pendidikan online lewat internet, mahasiswa dapat belajar sendiri dari rumah dengan peralatan komputer sendiri.

Berbagai Model atau Nama yang Dipakai Untuk Pendidikan Terbuka dan jarak jauk

Dapat Anda ketahui bahwa sebelum kita mengenal sistem PT/JJ telah banyak lembaga di luar negeri yang menyelenggarakan PT/JJ. Batasan yang mereka gunakan mempunyai penekanan yang berbeda-beda, sebelum akhirnya dirumuskan batasan yang berlaku umum. Pada waktu itu yang berbeda sesungguhnya bukan hanya batasannya, model dan nama-nama yang mereka gunakan juga berbeda-beda. Berikut akan di uraikan beberapa dari model-model itu:
A. Sekolah Korespondensi

Sekolah Korespondensi kadang disebut Pendidikan melalui Korespondensi atau Belajar melalui Korespondensi. Sekolah Korespondensi mempunyai riwayat yang panjang dalam pendidikan anak-anak dan orang dewasa. Sampai sekarang Sekolah Korespondensi dianggap masih ada, sebab masih banyak Pendidikan Terbuka/Jarak Jauh yang dikelola melalui hubungan surat-menyurat dengan bantuan pos.

UNESCO memberi batasan Sekolah Korespondensi sebagai berikut:

“Pendidikan yang dilakukan dengan menggunakan jasa pos tanpa adanya pertemuan tatap muka antara guru dan siswa”. Pengajaran dilakukan melalui bahan belajar dalam bentuk cetakan atau rekaman kaset suara yang dikirimkan kepada siswa melalui pos. Kemajuan belajar siswa dimonitor dengan menggunakan latihan atau tugas-tugas tertulis atau latihan yang direkam dalam kaset. Siswa mengerjakan latihan itu menggunakan tulisan atau rekaman kaset juga yang dikirimkan kepada guru yang ada di Pusat Lembaga PT/JJ. Guru memeriksa pekerjaan siswa dengan memberi komentar dan saran-saran secara tertulis atau melalui rekaman kaset. Hasil koreksi itu dikirimkan kembali kepada siswa.

Beberapa tahun yang lalu, Sekolah Korespondensi di Australia dikelola sebagai berikut:


· Kurikulum dan bahan belajar disusun oleh guru-guru yang berkantor di lembaga yang mengelola Sekolah Korespondensi itu.

· Bahan belajar dikirimkan kepada siswa melalui pos ke rumah siswa.

· Siswa mempelajari bahan belajar itu dengan pengawasan dan bimbingan orang tua masing-masing.

· Siswa mengerjakan tugas atau latihan yang disediakan dalam bahan belajar itu.

· Pekerjaan siswa dikirimkan kepada guru di Kantor Pusat Sekolah Korespondensi.

· Guru mengoreksi, memberi komentar, dan memberikan saran-saran secara tertulis pada pekerjaan siswa itu.

· Pekerjaan siswa yang telah dikoreksi dikirimkan kembali kepada siswa. Dengan demikian siswa akan mengetahui kemajuan belajar masing-masing.

· Pada sistem ini tidak ada tutorial. Tutorial menjadi tugas masing-masing orang tua siswa.

B. Pendidikan Terbuka

Banyak pendidikan terbuka yang diselenggarakan di berbagai negara. Mungkin Anda pernah mendengar nama-nama pendidikan terbuka seperti SMP Terbuka, SMA Terbuka dan Universitas Terbuka di Indonesia, Sukhothai Thammthirat Open University (STOU) di Thailand, The British Open University di United Kingdom, The Univeristy of Manila Open Universisty di Pilipina. Pendidikan Terbuka ini mempunyai karakteristik umum yang sama dengan belajar terbuka/jarak jauh (BT/JJ). Namun menurut para penyelenggara Pendidikan Terbuka ada perbedaan yang khas antara Pendidikan Terbuka dan BT/JJ.


Seperti halnya dalam BT/JJ, siswa Pendidikan Terbuka dapat belajar dari jauh, maksudnya belajar jauh atau terpisah dari guru atau dosen dan mungkin juga jauh dari lembaga penyelenggaranya. Sebagai contoh, beribu-ribu mahasiswa Universitas Terbuka menghabiskan sebagian waktu belajarnya untuk belajar sendiri di tempat mereka masing-masing. Mereka menghadiri pelajaran secara tatap muka dengan dosen atau tutor hanya dalam waktu-waktu tertentu saja. Namun demikian belajar terbuka (open learning) atau pendidikan terbuka dapat terjadi di ruang kuliah yang penuh dengan siswa. Menurut Race (1989), seorang siswa yang sedang belajar sendiri dengan mempelajari buku teks, buku acuan, atau hand out untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dapat dikatakan bahwa dia sedang belajar secara terbuka (open learning), sungguhpun hal itu dilakukan dalam kelas bersama dengan siswa lain. Dengan pengertian yang sama, belajar terbuka dapat terjadi di laboratorium, pusat pelatihan, tempat lokakarya, dan sebagainya. Pokoknya hampir di semua tempat belajar terbuka dapat terjadi, tidak peduli apakah pada saat itu siswa itu menjadi bagian dari kelompok atau sendirian saja.

Konsep di atas diterapkan dalam sistem SMP Terbuka. Setiap hari siswa wajib belajar di Tempat Kegiatan Belajar (TKB) bersama siswa lain. Namun demikian masing-masing siswa aktif belajar sendiri secara mandiri. Di TKB itu mereka tidak belajar dengan mendengarkan guru mengajar, melainkan belajar sendiri dengan menggunakan modul dengan bimbingan terbatas dari tutor yang disebut guru pamong. Sungguhpun duduk di satu ruangan bersama dengan siswa lain, mereka boleh mempelajari modul yang berbeda-beda.

Apakah arti terbuka dalam konsep “pendidkan terbuka” atau “belajar terbuka” itu? Terbuka berarti bahwa siswa atau peserta pendidikan lebih leluasa dalam menentukan pilihan dari pada siswa pendidikan konvensional. Leluasa dalam memilih apa?

· Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam menentukan kecepatan belajarnya. Lama waktu untuk mempelajari sesuatu penggalan isi pelajaran (learning chunk) ditentukan oleh siswa sendiri. Keleluasaan seperti ini tidak dimiliki oleh siswa pendidikan konvensional, sebab dalam sistem pendidikan konvensional siswa harus menyesuaikan kecepatan belajarnya dengan kecepatan guru dalam mengajar. Kalau dosen atau guru memberikan penjelasan mengenai sesuatu topik terlalu lambat atau lama siswa yang pandai harus tetap mengikutinya sungguhpun mereka telah mengert dan menjadi bosan. Sebaliknya kalau guru mengajar terlalu cepat siswa yang lamban harus berusaha untuk mengikutinya meskipun barangkali mereka mendapatkan kesulitan dalam memahaminya, sehingga akibatnya dapat menjadi frustrasi.

Walaupun mempunyai kebebasan dalam menentukan waktu belajar, siswa pendidikan terbuka harus dapat menentukan kecepatan atau lama waktu belajar yang tepat. Sebab dalam pendidikan terbuka ada juga batas waktu. Pembatasan itu ditentukan, misalnya, oleh “waktu ujian semester” , ”waktu ujian nasional” dan sebagainya.

· Siswa atau peserta didik mempunyai keleluasaan dalam memilih tempat belajar. Belajar terbuka dapat dilakukan di rumah, di perpustakaan, di tempat kerja, atau di mana saja yang dianggap tepat oleh siswa itu sendiri.

· Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri waktu belajarnya, sesuai dengan kemauan dan waktu yang dimilikinya.

· Siswa atau peserta didik dapat menentukan sendiri cara belajar yang sesuai untuk dirinya. Siswa dapat menyusun rencana belajar dengan memilih sebuah modul dan dipelajarinya sampai selesai dalam batas waktu tertentu, baru kemudian pindah ke modul lain. Siswa juga bebas menentukan apakah semua modul akan dipelajari setiap hari. Dalam hal ini masing-masing modul diberi jatah waktu tertentu, misalnya masing-masing 60 menit. Kalau jumlah modulnya ada 4 buah, maka setiap hari belajar 4 x 60 menit=240 menit. .Siswa juga bebas menentukan media belajar yang akan digunakannya, apakah membaca buku, melihat program video, belajar dengan bantuan komputer, mendengarkan kaset audio, menghadiri diskusi atau seminar, dan sebagainya.

Pengertian terbuka seringkali juga mengacu pada kriteria penerimaan siswa. Banyak Pendidikan Terbuka yang membebaskan calon siswa dari persyaratan masuk atau kualifikasi dalam menerima mahasiswa baru. Di samping itu siswa juga dapat tidak aktif untuk sementara waktu, dan kemudian aktif lagi di lain waktu.

C. Distance Teaching, Distance Learning, dan Distance Education

Mungkin Anda menjadi bingung bila membaca istilah-istilah yang hampir sama di atas, lebih-lebih karena istilah-istilah tersebut seringkali digunakan secara bergantian atau tumpang tindih (interchangable)

Keegan (1986) membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut.

Distance Teaching berusaha mengembangkan bahan belajar mandiri yang bermutu yang dapat digunakan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan pelajaran dari jauh. Orang-orang yang menggunakan istilah ini lebih menekankan pada penyediaan bahan belajar untuk mengajar, tetapi kurang memperhatikan bagaimana proses belajar dapat terjadi pada diri siswa. Padahal bahan belajar yang dikembangkan dengan biaya mahal itu kadang-kadang tidak dapat mengajarkan apa-apa, karena tidak dipakai oleh siswa atau karena siswa tidak tahu cara memakainya. Dengan perkataan lain istilah distance teaching itu terlalu berorientasi pada guru (teacher oriented).

Sebaliknya Distance Learning lebih banyak menekankan pada proses belajar siswa. Orang yang menggunakan istilah ini banyak memikirkan mengenai bantuan-bantuan yang perlu diberikan kepada siswa supaya mereka belajar dan dapat memahami isi pelajarannya. Tetapi sayang orang-orang ini kurang memikirkan bagaimana bahan belajar jarak jauh yang bermutu dan mudah dipelajari siswa harus dikembangkan. Dengan perkataan lain istilah distance learning terlalu berorientasi pada siswa (student oriented).

Istilah Distance Education merupakan perpaduan istilah Distance Teaching dan Distance Learning tersebut dan lebih tepat untuk digunakan. Dalam sistem Distance Education siswa belajar secara terpisah dari guru, karena itu bahan belajar yang digunakan harus disusun secara khusus supaya relatif lebih mudah untuk dipelajari siswa sendiri. Bahan belajar ini tidak cukup hanya dikembangkan oleh ahli isi pelajaran (content specialist) sendiri saja, melainkan perlu melibatkan ahli pengembang pembelajaran, ahli media, dsb. dalam penyusunannya. Namun perlu disadari bahwa betapapun bahan belajar itu telah disusun supaya dapat dicerna sendiri oleh siswa, kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa waktu belajar secara mandiri selalu ada. Karena itu perlu adanya bantuan pelayanan dan bantuan belajar bagi siswa. Dengan perkataan lain perlu adanya sistem pengelolaan belajar jarak jauh yang baik supaya di samping penyediaan bahan belajar yang baik dapat juga disediakan bantuan belajar yang cukup.



D. External Study, Home Study dan Independent Study

Istilah-istilah ini seringkali dipakai orang untuk pengertian BT/JJ.

External Studies. External studies adalah istilah yang dipakai secara luas di Australia. Istilah ini menggambarkan etos Belajar Terbuka/Jarak Jauh yang dijumpai di universitas-universitas di Australia. Istilah External Studies mengandung arti “di luar” tetapi “tidak terpisah” dari tanggung jawab staf dosen dari suatu universitas atau perguruan tinggi. Jelasnya staf dosen yang sama mempunyai dua kelompok siswa yang berbeda. Kelompok pertama disebut kelompok “on campus” adalah kelompok siswa yang belajar di kampus seperti laiknya mahasiswa yang belajar di universitas. Kelompok kedua disebut kelompok “external” atau “off campus”. Kelompok yang kedua ini tidak harus mengikuti kuliah di kampus tetapi belajar sendiri di luar kampus. Namun demikian tujuan yang ingin dicapai, dan bahan belajar yang akan dipelajari siswa external itu perlu dikonsultasikan dan didiskusikan dengan dosen di kampus. Dengan demikian dosen di kampus harus menyiapkan kedua kelompok mahasiswa tadi supaya mereka dapat menempuh ujian yang sama untuk mendapatkan gelar yang sama.

Home Study. Menurut Keegan (1986) istilah home study diciptakan pada saat para Direktur Sekolah Korespondensi mengadakan konferensi dan mendirikan asosiasi yang disebut National Home Study Council bukannya National Correspondence Study Council. Istilah Home Study ini hanya dipakai di Amerika Serikat dan hanya mengacu pada pendidikan lanjutan untuk orang dewasa. Home Study bukan bagian dari universitas, melainkan sekolah korespondensi untuk orang-orang dewasa di Amerika Serikat. Dalam sistem ini siswa tidak harus belajar di sekolah atau di pusat pendidikan dan pelatihan. Walaupun istilah yang dipakai home study, tetapi dalam praktiknya mahasiswanya tidak selalu atau tidak hanya belajar di rumah saja. Biasanya sebagian bahan belajar dipelajari di rumah, sebagian yang lain dipelajari di Pusat-pusat Sumber Belajar, di perpustakaan, di pusat-pusat pelatihan, atau di tempat-tempat lain yang dipandang sesuai bagi mereka.

Independent Study. Istilah ini diperkenalkan oleh Charles Wedemeyer dari Universitas Wiscounsin sebagai istilah umum untuk jenis-jenis pendidikan yang di Amerika Serikat biasa disebut sebagai “belajar melalui korespondensi, pendidikan terbuka, pengajaran melalui radio dan TV, atau belajar mandiri.” Sedangkan di Eropa jenis-jenis yang disebutkan tadi digolongkan ke dalam Belajar Terbuka/Jarak Jauh.

Istilah Independent Study ini seringkali dipakai sebagai ganti istilah Belajar Terbuka/Jarak Jauh di Amerika Serikat. Kelemahan istilah ini kadang-kadang ditafsirkan sebagai ketidakterikatan pada lembaga pendidikan, Padahal Belajar Terbuka/Jarak Jauh itu selalu terikat dan dikelola oleh suatu lembaga pendidikan. Di Amerika Serikat sendiri orang seringkali ragu-ragu untuk menggunakan istilah ini sebab istilah tersebut sudah sering dipakai sebagai pengganti istilah belajar secara individual. Memang proses belajar dalam sistem PT/JJ seringkali dilakukan secara individual, tetapi tidak semua belajar secara individual adalah pendidikan jarak jauh. Pada sistem belajar konvensional kadang kala siswa diminta belajar secara individual. Tujuan dan hasil yang ingin dicapai ditentukan melalui kontrak yang disepakati oleh dosen dan mahasiswa secara individual.


Sistem Pendidikkan Jarak Jauh

Sistem pendidikan jarak jauh adalah metode pengajaran dimana aktivitas pengajaran dilaksanakan secara terpisah dari aktivitas belajar. Sebagian besar karena siswa bertempat tinggal jauh atau terpisah dari lokasi lembaga pendidikan. Sebagian karena alasan sibuk sehingga siswa yang tinggalnya dekat dari lokasi lembaga pendidikan tidak dapat mengikuti proses pembelajaran di lembaga tersebut. Keterpisahan kegiatan pengajaran dari kegiatan belajar adalah ciri yang khas dari pendidikan jarak jauh. Sistem pendidikan jarak jauh merupakan suatu alternatif pemerataan kesempatan dalam bidang pendidikan. Sistem ini dapat mengatasi beberapa masalah yang ditimbulkan akibat beberapa diantaranya; keterbatasan tenaga pengajar, jarak antara lembaga pendidikan dan siswa yang berjauhan, kelangkaan pengajar berkualitas, dan lain lain.

Di beberapa negara maju, pendidikan jarak jauh merupakan alternatif pendidikan yang cukup digemari. Sistem pendidikan ini diikuti oleh para anak-anak, siswa, karyawan, eksekutif, bahkan ibu rumah tangga dan orang lanjut usia (pensiunan). Beberapa tahun yang lalu, hampir semua sistem pendidikan jarak jauh dilakukan dengan surat menyurat, atau dilengkapi dengan materi audio dan video. Tapi, saat ini hampir semua sistem pendidikan jarak jauh atau distance learning khususnya di Amerika, Australia dan Eropa berbasis pada web atau teknologi informasi dan dapat diakses melalui internet. Hasil survei di Amerika, menyatakan bahwa computer based distance-learning sangat efektif, memungkinkan 30% pendidikan lebih baik, 40% waktu lebih singkat, dan 30% biaya lebih murah. Bank Dunia (World bank) pada tahun 1997 telah mengumumkan program Global Distance Learning Network (GDLN) yang memiliki mitra disebanyak 80 negara di seluruh dunia (sampai dengan Juni 2000, pusat yang beroperasi baru 15 negara, dan 5 diantaranya di Asia tetapi belum di Indonesia). Melalui GDLN ini maka World Bank dapat memberikan e-learning kepada mahasiswa 5 kali lebih banyak dengan biaya 31% lebih murah.

Sebagaimana sistem pendidikan langsung atau konvensional, sistem pendidikan jarak jauh juga membutuhkan sarana prasarana penunjang pendidikan, agar tujuan umum pendidikan bisa diwujukan sesuai dengan jenjang pendidikannya. Sarana penunjang biasanya berupa modul-modul pelajaran yang dikirim kepada siswa. Sarana bisa juga berbasis teknologi informasi. Munculnya teknologi informasi dan komunikasi pada pendidikan jarak jauh ini sangat membantu sekali. Seperti dapat dilihat, dengan munculnya berbagai pendidikan secara online atau web-school atau cyber-school, dengan menggunakan fasilitas internet. Pendekatan sistem pengajaran yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pengajaran secara langsung (real time) ataupun dengan cara menggunakan sistem sebagai tempat pemusatan pengetahuan (knowledge). Hal ini memungkinkan terbentuknya kesempatan bagi siapa saja untuk mengikuti berbagai jenjang pendidikan sejak taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi (PT).

Tidak seperti sistem pendidikan langsung, sistem pendidikan jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pendidikan yang “khusus”, baik dari sisi siswa maupun instruktur (guru) agar tujuan pendidikan bisa terwujud. Pendidikan harus fokus pada kebutuhan instruksional siswa.

Dari sisi instruktur (guru), beberapa faktor yang penting untuk keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh adalah perhatian, percaya diri guru, pengalaman, mudah menggunakan perlatan, kreatifitas, active learning, dan kemampuan menjalin interkasi dan komunikasi jarak jauh dengan siswa. Juga memperhatikan hambatan teknis yang mungkin terjadi, sehingga pendidikan jarak jauh bisa berlangsung efektif.

Dari sisi siswa, salah satu faktor yang penting adalah keseriusan mengikuti proses belajar mengajar di saat instruktur (guru) tidak berhadapan langsung dengan siswa. Pada level ini, keterlibatan dan kehadiran ‘orang-orang’ di sekitar, termasuk anggota keluarga memegang peranan penting dan strategis. Kehadirannya bisa mendukung berlangsungnya proses belajar mengajar secara efektif, tapi sebaliknya bisa juga menjadi penghambat. Faktor yang lainnya adalah active learning dan komunikasi yang efektif. Partisipasi aktif siswa pendidikan jarak jauh mempengaruhi cara bagaimana mereka berhubungan dengan materi yang akan dipelajari.

Keberhasilan sistem pendidikan jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antara intstruktur (guru) dan siswa, interaksi antara siswa dengan berbagai fasilitas pendidikan seperti mudul-modul pendidikan interaksi antara siswa dengan ‘orang-orang’ sekitarnya, dan adanya pola pendidikan aktif dalam masing-masing interaksi tersebut. Juga keaktifan dan kemandirian siswa dalam pendalaman materi, mengerjakan soal-soal ujian, dan kreativitas mencari materi-materi penunjang dari sumber-sumber lain seperti internet atau digital-library.