Rabu, 07 Januari 2009

Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh

BAB I
PENDAHULUAN


A. Kajian Teori
1. Landasan Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan suatu sistem yang sengaja dan dengan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi oleh pendidikan reguler. Landasan perkembangan dari pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu:
a. Landasan Ontologis
Hakikat pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah memberikan kemungkinan pendidikan yang sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kondisi manusia yang bersangkutan.
b. Landasan Epistemologis
Sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat diselenggarakan yaitu dengan memberdayakan lembaga masyarakat, termasuk keluarga, untuk mengembangkan, memilih, dan atau memperoleh pendidikan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka dengan mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal.
c. Landasan Aksiologis
Manfaat pendidikan terbuka dan jarak jauh pertama-tama ditujukan kepada peserta didik atau warga belajar, yaitu agar mereka dapat dimungkinkan mengikuti pendidikan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mereka.
Dari landasan-landasan tersebut di atas maka kita dapat menyimpulkan beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu sebagai berikut:
§ Dapat dipercepatnya usaha memenuhi kebutuhan masyarakat dan pasaran kerja.
§ Dapat menarik minat calon peserta didik yang banyak.
§ Tidak terganggu kegiatan kehidupan sehari-hari karena pola dan jadwal pembelajaran yang luwes.
§ Harapan akan meningkatnya kerja sama dan dukungan pengguna lulusan atau keluaran dari pendidikan terbuka dan jarak jauh (output).

2. Awal Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Bentuk pendidikan terbuka tertua (oleh masyarakat dan untuk masyarakat) yang sampai sekarang masih diselenggarakan adalah pendidikan pesantren. terbuka, karena misinya sebagai lembaga perjuangan menentang pemerintahan kolonial. Pendidikan pesantren ini diperkirakan dimulai pada abad ke-15, yaitu pada awal masuknya agama islam. Pendidikan pesantren pada dasarnya bertujuan untuk menanamkan loyalitas kepada islam yang dinyatakan dalam bentuk tingkah laku yang benar dan penerimaan norma-norma dan pola hidup secara islam, serta loyalitas kepada masyarakat islam.
Pendidikan Taman Siswa, yang notabene berbentuk pesantren, pada awalnya dapat dikategorisasikan sebagai salah satu bentuk pendidikan melawan penjajahan dalam segala bentuknya. Ki Hajar Dewantara (1889-1959) mengembangkan Pendidikan Taman Siswa dengan asas perjuangan, meliputi: (1). Adanya hak seseorang untuk mengatur dirinya sendiri; (2). Pengajaran harus mendidik anak menjadi manusia yang merdeka batin, pikiran, dan tenaga; (3). Pengajaran jangan terlampau mengutamakan kecerdasan pikiran karena hal tersebut dapat memisahkan orang terpelajar dengan rakyat; (4). Berkendak untuk mengusahakan kekuatan diri sendiri. Dan pedomannya adalah “Tut Wuri Handayani, Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa”.
Pada awal kemerdekaan banyak sekali diselenggarakan program pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang tujuan untuk mengisi kekosongan tenaga yang diperlukan untuk mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Terbukti pada tahun 1950 pemerintah membentuk sebuah lembaga Balai Kursus Tertulis Pendidikan Guru (BKTPG) yang mendapat tugas untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar, dengan menyediakan berbagai paket belajar tertulis dalam bidang profesi kependidikan. Lembaga ini sekarang dikenal dengan Pusat Pengembangan Penataran Guru Tertulis. Dalam PELITA I digariskan kebijakan dalam GBHN untuk digunakannya siaran radio dan televisi untuk meningkatkan dan memeratakan mutu pendidikan. Dan menjelang akhir PELITA I pemerintah menetapkan suatu kebijakan yang berani yaitu, dengan membangun sistem komunikasi dengan satelit domestik, sistem ini kemudian dikenal dengan nama SKSD Palapa.
Kemudian pada tahun 1972 dalam rangka kerja sama SEAMEO INNOTECH Center diselenggarakan suatu model pendidikan dasar yang disebut IMPACT (Intruction Managed by Parents, Community and Teacher) atau PAMONG (Pendidikan Anak oleh Masyarakat, Orang tua, dan Guru). Pada tahun 1974 Direktorat Pendidikan Masyarakat pada Direktorat Jendral Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga, mulai mengembangkan paket belajar pendidikan dasar bagi orang dewasa. Paket ini disebut KEJAR PAKET A, KEJAR PAKET B (kemudian disambung dengan paket C). Istilah KEJAR merupakan akronim dari Kelompok Belajar atau Bekerja dan Belajar.
Setelah itu muncul lagi siaran radio untuk penataran guru SD diresmikan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 1974. dan pada tahun 1979 perintisan SMP Terbuka (sekarang disebut dengan SLTP terbuka) mulai dilaksanakan pada 5 lokasi yaitu: Kalianda (Lampung Selatan), Plumbon (Cirebon), Adiwerna (Tegal), Kalisat (Jember), dan Terara (Lombok Barat). Evaluasi komprehensif yang diselenggarakan pada tahun 1992 menunjukan bahwa pada sistem SLTP Terbuka memenuhi indikator kualitatif meliputi fleksibilitas, kelayakan, efesiensi, dan efektifitas.
Beranjak tahun 2000an pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat kita jumpai baik itu lewat buku-buku, CD-ROM, video langsung ke alamat peserta pendidikan jarak jauh. Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pendidikan jarak jauh (distance learning) ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan distance learning selanjutnya. Suatu sistem pendidikan jarak jauh dapat kita sederhanakan dan formulasikan sebagai berikut :
Materi pendidikan + Teknologi untuk berinteraksi + Guru = Pembelajaran bagi murid

B. Kondisi Real Dalam Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Bergesernya perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh ke media internet membuat munculnya suatu paradigma baru dalam pendidikan tersebut yaitu ‘asyncronous time and separated location distance learning’. Jelasnya, media ini mampu menembus batasan waktu dan tempat. Cepatnya penyampaian informasi dan materi menjadikan teknologi ini sebagai suatu pertimbangan utama penggunaannya dalam distance learning. Hal ini sejalan dengan adanya cyberschool yang telah ada saat ini. Konsep cyberschool sebenarnya bagian dari suatu kesatuan distance learning, hanya saja cyberschool kurang memfasilitasi interaksi antara murid dan guru. Cyberschool hanya mendistribusikan materi-materi secara online. Memadukan dua hal ini akan sangat menguntungkan untuk mewujudkan suatu internet community di Indonesia khususnya.
Suatu sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh secara umum, akan sukses apabila didalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Dalam faktanya di lapangan didapati berbagai aspek di atas dalam sistem pendidikan tradisional yang melibatkan interaksi ‘face to face’ antara murid dan guru, apakah sistem pendidikan jarak jauh dapat mengatasi interaksi ‘face to face’ antara guru dan murid di kelas secara 100%. Jawabannya, tergantung kepada media yang digunakan tapi angka 100% itu bukanlah sesuatu yang mudah untuk dicapai oleh sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh, yang jelas ada suatu trade-off teknologi yang dapat mendekati angka di atas.
Selain itu, keberhasilan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh juga harus ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antara instruktur (guru) dan siswa, interaksi antara siswa dengan berbagai fasilitas pendidikan seperti modul-modul pendidikan interaksi antara siswa dengan 'orang-orang' sekitarnya, dan adanya pola pendidikan aktif dalam masing-masing interaksi tersebut. Juga keaktifan dan kemandirian siswa dalam pendalaman materi, mengerjakan soal-soal ujian, dan kreativitas mencari materi-materi penunjang dari sumber-sumber lain seperti internet atau digital-library.

C. Permasalahan Dalam Perkembangan Pemikiran Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Sasaran utama pada pendidikan terbuka dan jarak jauh tidak lain adalah memberikan kesempatan kepada anak-anak bangsa yang belum tersentuh mengecap pendidikan yang lebih tinggi, bahkan tidak terkecuali anak didik yang sempat putus sekolah, baik untuk pendidikan dasar, dan menengah. Demikian pula bagi para guru yang memiliki sertifikasi lulusan SPG/SGO/KPG yang karena kondisi tempat bertugas di daerah terpencil, pedalaman, di pegunungan, dan banyak pula yang dipisahkan antar pulau, maka peluang untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan terbuka dan jarak jauh mutlak terbuka lebar bagi mereka.
Tetapi permasalahan yang timbul dalam perkembangan pemikiran pendidikan terbuka dan jarak jauh itu adalah:
¨ Kurangnya interaksi baik antara anak didik maupun dengan tenaga pendidik itu sendiri sehingga sulit bagi anak didik untuk memahami materi yang diajarkan dan sulit untuk dapat memecahkan masalah yang sedang dihadapinya.
¨ Pendapat bahwa rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan terbuka dan jarak jauh dibandingkan pendidikan tatap muka.
¨ Sulitnya memilih media pembelajaran yang efektif dan interaktif dalam pelaksanaan pendidikan terbuka dan jarak jauh.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan yang telah kami sampaikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dibahas yaitu sebagai berikut:
1. Apa saja bentuk-bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh?
2. Apakah benar pendapat bahwa lulusan dari pendidikan terbuka dan jarak jauh itu memiliki mutu yang rendah?
3. Bagaimana memilih media pembelajaran yang efektif dan interaktif dalam pelaksanaan pendidikan terbuka dan jarak jauh?







BAB II
PEMBAHASAN

A. Bentuk-Bentuk Interaksi Pembelajaran Yang Dapat Diaplikasikan Dalam Merancang Media Pembelajaran Interaktif Untuk Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh.
Tidak seperti pendidikan konvensional atau pendidikan langsung, sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh membutuhkan pengelolaan dan manajemen pendidikan yang khusus, baik dari sisi siswa maupun instruktur (guru) agar tujuan pendidikan bisa terwujud dan pendidikannya pun harus fokus pada kebutuhan instruksional siswa.
Dari sisi siswa, salah satu faktor penting adalah keseriusan mengikuti proses belajar mengajar di saat instruktur (guru) tidak berhadapan langsung dengan siswa. Sedangkan dari sisi instruktur (guru) adalah perhatian, percaya diri guru, pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreativitas, active learning, dan kemampuan menjalin interaksi dan komunikasi jarak jauh dengan siswa.
Dalam sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh faktor penting dalam penunjang aktivitas pembelajaran adalah interaksi. Interaksi memungkinkan pebelajar mengatasi masalah yang di hadapi dalam upaya memahami materi. Interaksi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memberikan pengukuhan (reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai oleh pebelajar. Selain itu, interaksi dapat digunakan sebagai sarana untuk memperbaiki kesalahan (remedial) pada waktu mengikuti proses pembelajaran dan dapat digunakan juga sebagai sarana untuk menyampaikan materi yang perlu dipelajari secara mendalam oleh pebelajar (eleborasi).
Heinich dkk. (1986) mengemukakan ada 5 bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh yaitu:
1. Tutorial
Pada interaksi yang berbentuk tutorial pengetahuan dan informasi ditayangkan dalam unit-unit kecil yang kemudian diikuti dengan serangkaian pertanyaan. Pola pembelajaran pada interaksi berbentuk tutorial biasanya dirancang secara bercabang (branching). Pebelajar dapat diberi kesempatan untuk memilih topik-topik pembelajaran yang ingin dipelajari dalam suatu mata pelajaran, semakin banyak topik-topik pembelajaran yang dipilih, akan semakin mudah program tersebut diterima oleh pebelajar. Dalam interaksi ini, informasi dan pengetahuan dikomunikasikan sedemikian rupa seperti pada waktu pengajar yang memberi bimbingan akademik kepada pebelajar.
2. Permainan (Games)
Interaksi berbentuk permainan (games) akan bersifat intruksional apabila pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan (training) dan juga apabila dalam permainan tersebut terdapat tujuan pembelajaran (intructional objective) yang harus dicapai. Dalam program berbentuk permainan harus ada aturan (rule) yang dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan orang yang keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang dalam permainan ditentukan berdasarkan skor yang dicapai kemudian dibandingkan dengan prestasi belajar standar yang harus dicapai.
3. Simulasi (Simulation)
Dalam interaksi berbentuk simulasi pebelajar dihadapkan pada suatu situasi buatan (artifisial) yang menyerupai kondisi dan situasi yang sesungguhnya. Hal penting yang harus diperhatikan dalam interaksi ini adalah pemberian umpan balik untuk memberi informasi tentang tingkat pencapaian hasil belajar pebelajar setelah mengikuti program simulasi.
4. Penemuan (Discovery)
Dalam interaksi ini pebelajar diminta untuk melakukan percobaan yang bersifat “trial and error” dalam memecahkan suatu permasalahan. Pebelajar dituntut untuk dapat mencari informasi dan membuat kesimpulan dari sejumlah informasi yang telah dipelajarinya. Dan diharapkan dari proses belajar yang dilakukannya tersebut pebelajar dapat menemukan konsep dan pengetahuan baru yang belum dipelajari sebelumnya.
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Bentuk interaksi seperti ini memberi kemungkinan terhadap pebelajar untuk melatih kemampuan dalam memecahkan suatu masalah. Pebelajar dituntut untuk berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan. Umpan balik dapat dipergunaan oleh pebelajar untuk mengetahui tingkat keberhasilannya dalam memecahkan soal atau masalah. Program-program berbentuk pemecahan masalah biasanya berisi beberapa soal atau masalah yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kesulitan yang dikandung di dalamnya. Pebelajar dapat mencoba memecahkan masalah yang lebih tinggi tingkatannya setelah berhasil memecahkan masalah dengan tingkat kesulitan yang lebih rendah.
Dari semua bentuk-bentuk interaksi tersebut diatas faktor yang penting di dalamnya adalah umpan balik. Menurut Hannafin dan Peck (1998) umpan balik dalam media pembelajaran interaktif dapat berbentuk: “…. informasi kepada pebelajar tentang prestasi belajar yang telah ditempuh, baik berupa keberhasilan belajar atau informasi tentang hasil belajar yang perlu diperbaiki”

B. Pendapat Bahwa Lulusan Dari Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh itu Memiliki Mutu Yang Rendah.
Masih banyak berkembang sinyalemen di masyarakat bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Mukhopadhjay (1988) memperlihatkan penyebabnya adalah kurang tajam perumusan visi dan misi pendidikan terbuka dan jarak jauh dan masih dipandang sebagai alternatif bagi mereka yang tidak tertampung di perguruan tinggi tatap muka.
Pertanyaan lain yang terasa mengusik pelaku pendidikan terbuka dan jarak jauh adalah tuduhan rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan jarak jauh jika dibandingkan dengan pendidikan tatap muka. Keraguan akan kualitas lulusan pendidikan terbuka dan jarak jauh masih tetap muncul karena penambahan jumlah mahasiswa seringkali diasosiasikan dengan penurunan mutu (Suparman, 1989).
Di Australia, hasil studi Selim (1989) dalam Suparman (1989) menyatakan bahwa prestasi mahasiswa pendidikan terbuka dan jarak jauh justru lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa perguruan tinggi konvensional. Sunarwan (1982) menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan prestasi belajar siswa yang terlibat pendidikan menggunakan modul dan pengajaran tatap muka.
Dan pada dasarnya semua jenis pendidikan baik itu pendidikan konvensional maupun pendidikan terbuka dan jarak jauh itu sebenarnya sama saja. Namun, perbedaanya hanya terdapat pada tatap muka dan interaksi. Hal yang terpenting dan yang paling menentukan prestasi dalam pendidikan terbuka dan jarak jauh itu adalah interaksi karena hanya dengan interaksi peserta didik pendidikan terbuka dan jarak jauh dapat memahami dan menangkap apa yang dipelajarinya sehingga memungkinkan prestasi peserta didik tidak kalah dengan peserta didik konvensional apalagi pendidikan terbuka dan jarak jauh telah didukung dengan perkembangan internet yang memudahkan peserta didik pendidikan terbuka dan jarak jauh mendapatkan informasi dengan cepat dan terkini.

C. Memilih Media pembelajaran Yang Efektif dan Interaktif Dalam Pelaksanaan Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ), penggunaan media tampaknya telah menjadi keharusan. Dapat dikatakan bahwa sebagian besar bahan ajar pada SPTJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak. Sepanjang sejarah penyelenggaraan pendidikan terbuka dan jarak jauh, media telah digunakan sebagai sarana penyampai materi ajar. Adanya keterpisahan antara pengajar dengan peserta didik, maka diperlukan media sebagai sarana komunikasi yang menjembatani antara pengajar dengan peserta didik. Dalam memilih media pembelajaran, Kemp, dkk. (1985) mengemukakan bahwa pemilihan media pembelajaran harus didasarkan pada karakteristik dan kontribusi yang spesifik terhadap proses komunikasi dan belajar.
Sedangkan menurut Heinich, dkk. (1996) media harus mampu mengatasi hambatan ruang dan waktu dalam mengkomunikasikan informasi dan ilmu pengetahuan. Media cetak, siaran radio, dan siaran televisi telah banyak digunakan sebagai sarana penyampai materi pada sejumlah institusi pendidikan jarak jauh, khususnya di negara-negara yang sedang berkembang karena ketiga media tersebut adalah media yang sangat efektif dan interaktif. Media cetak memiliki tingkat keluwesan yang tinggi untuk digunakan baik pada kegiatan belajar secara individu maupun kelompok. Sedangkan kelebihan utama siaran radio dan siaran televisi adalah pada kemampuannya menjangkau khalayak dalam wilayah geografis yang sangat luas. Selain ketiga media tersebut ada sebuah jaringan universal yang bisa mengakses segala informasi dengan mudah dan cepat yaitu “internet”. Internet juga merupakan media yang efektif dan interaktif guna untuk mendukung pembelajaran pada pendidikan terbuka dan jarak jauh.





BAB III
PENUTUP


A. SIMPULAN

Pendidikan terbuka dan jarak jauh merupakan suatu sistem yang sengaja dan dengan sadar dirancang untuk berbagai keperluan yang belum terpenuhi oleh pendidikan reguler. Seiring dengan bergesernya perkembangan pendidikan terbuka dan jarak jauh ke media internet membuat munculnya suatu paradigma baru dalam pendidikan tersebut yaitu ‘asyncronous time and separated location distance learning:.
Suatu sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh akan sukses apabila didalamnya melibatkan interaksi maksimal antara guru dan muridnya, antara murid dengan berbagai fasilitas pendidikan dan interaksi antara murid dengan murid serta melibatkan pola pembelajaran yang aktif di dalam interaksi itu. Selain itu, keberhasilan sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh juga harus ditunjang oleh adanya interaksi dan komunikasi yang efektif dan maksimal antar komponen pendidikan dan adanya pola pendidikan aktif dalam masing-masing interaksi tersebut. Juga keaktifan dan kemandirian siswa.
Adapun bentuk-bentuk interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang media pembelajaran interaktif untuk sistem pendidikan terbuka dan jarak jauh.yaitu :
1. Tutorial
Pengetahuan dan informasi ditayangkan dalam unit-unit kecil yang kemudian diikuti dengan serangkaian pertanyaan.
2. Permainan (Games)
Interaksi bersifat intruksional apabila pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik dan mengandung unsur pelatihan (training)
3. Simulasi (Simulation)
Pebelajar dihadapkan pada suatu situasi buatan (artifisial) yang menyerupai kondisi dan situasi yang sesungguhnya.
4. Penemuan (Discovery)
Pebelajar diminta untuk melakukan percobaan yang bersifat “trial and error” dalam memecahkan suatu permasalahan.
5. Pemecahan Masalah (Problem Solving)
Pebelajar dituntut untuk berpikir logis dan sistematis dalam memecahkan suatu permasalahan.

Masih banyak berkembang sinyalemen di masyarakat bahwa pendidikan terbuka dan jarak jauh dianggap sebagai pendidikan kelas dua. Anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar. Hal ini dikarenakan kurang tajamnya perumusan visi dan misi pendidikan terbuka dan jarak jauh dan masih dipandang sebagai alternatif bagi mereka yang tidak tertampung di perguruan tinggi tatap muka.
Disamping itu dipandang rendahnya mutu lulusan institusi pendidikan jarak jauh jika dibandingkan dengan pendidikan tatap muka karena penambahan jumlah mahasiswa seringkali diasosiasikan dengan penurunan mutu.
Dan pada dasarnya semua jenis pendidikan baik itu pendidikan konvensional maupun pendidikan terbuka dan jarak jauh itu sebenarnya sama saja. Namun, perbedaanya hanya terdapat pada tatap muka dan interaksi.
Dalam penyelenggaraan Sistem Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh (SPTJJ), penggunaan media menjadi suatu keharusan. Sebagian besar bahan ajar pada SPTJJ disampaikan melalui berbagai jenis media, baik cetak maupun non cetak termasuk internet.







DAFTAR
PUSTAKA

- Miarso, Yusufhadi. 2007. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta:KENCANA
- Aristohadi. 2008. Media Pembelajaran Dalam Pendidikan Jarak Jauh. http://aristohadi.wordpress.com. 13 Oktober 2008, 20:48 WIB
- http://saina-kurtekdik.blogspot.com. 2008. TIK. 13 Oktober 2008, 20:38 WIB
- http://agoestbkl.multiplx.com. 2008. 13 Oktober 2008, 21:05 WIB


0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda